Judul : KEBUDAYAAN SUKU HUBULA LEMBAH BALIM-PAPUA : Sebuah Refleksi Pribadi

Penulis : Pastor Frans Lieshout, OFM

Penerbit : Tollelegi

12 x 19

106 halaman

Cetakan Pertama, Mei 2019

ISBN : 978-623-7040-08-8

===========

Pada bulan April 1963 Pater Frans Lieshout OFM tiba di Jayapura, diutus oleh Provinsial OFM Belanda untuk memperkuat karya misi Fransiskan yang telah dimulai sejak 1937 di Irian Jaya (Papua). Selama kurang lebih satu tahun ia menjalani masa orientasi di kota Jayapura  dan Waris, lalu ditugaskan ke Wamena-Lembah Balim pada tahun 1964 di tengah-tengah Suku Hubula. Pater Frans Lieshout memulai karya pastoralnya dengan menekuni bahasa dan budaya Suku Hubula, sebab baginya bahasa dan budaya merupakan kunci masuk ke masyarakat. Dengan mengetahui bahasa dan budaya, kita tidak sekedar dapat berkomunikasi dan mengenal mereka dengan baik dalam berbagai aspek kehidupan mereka, tetapi terutama mampu mengkomunikasikan Injil Yesus Kristus sesuai situasi dan keadaan mereka sehari-hari. Dengan demikian, Kabar Gembira, Yesus Kristus itu sungguh dapat dimengerti oleh umat.

Pater Frans Lieshout menghabiskan hampir seluruh waktu hidup dan pastoralnya di Lembah Balim. Pernah juga ditugaskan di tempat lain, seperti di Suku Migani (Moni), Biak dan juga di Jayapura tetapi tidak seberapa lama, lalu kembali ke Lembah Balim hingga di usia senjanya saat ini. Pada masa pensiunnya, Persaudaraan Fransiskan Provinsi Santo Fransiskus Duta Damai Papua menugaskan Pater Frans Lieshout mengajar bahasa dan budaya Suku Hubula bagi para postulan OFM di Biara Santo Fransiskus Wenewolok, Pikhe-Wamena. Selain itu, ia mengisi waktunya dengan menulis. Menjelang pesta 50 tahun Gereja Katolik masuk Lembah Balim, Pater Frans Lieshout menulis buku dengan judul: Sejarah Gereja Katolik di Lembah Balim-Papua, Kebudayaan Balim Tanah Subur Bagi Benih Injil (November 2009). Dan sekarang ini, dia menulis: Kebudayaan Suku Hubula Lembah Balim-Papua. Buku ini merupakan buah permenungan pribadi dari Pater Frans Lieshout atas endapan pengalaman selama hidup bersama dan berpastoral di tengah-tengah masyarakat Suku Hubula Lembah Balim. Pokok-pokok yang diangkat dalam buku ini, merupakan unsur-unsur mendasar dan hakiki bagi Suku Hubula yang diperoleh bukan dari hasil studi kepustakaan tetapi dari pengalaman selama hidup bersama puluhan tahun dari Pater Frans Lieshout dengan Suku Hubula. Karena itu, buku ini layak dibaca oleh semua tenaga pastoral yang ditugaskan di Lembah Balim jika ingin agar Gereja dan perwartaan akan Injil Yesus Kristus itu tumbuh dan berakar di dalam Tanah dan Budaya Hubula. Para tenaga pastoral mesti sungguh-sungguh berusaha menjadi seorang “Hubula” melalui belajar bahasa, sajarah dan budaya Hubula serta terjun dalam kehidupan dan pergumulan hidup orang-orang Hubula pada khususnya, dan Papua pada umumnya, sebagaimana ditegaskan penulis dalam buku ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here